PADA MATAMU
kutemukan segenang rawa
kesedihan yang berbaring dan doa-doa payau
yang gemetar di bawah gerimis
juga gigil kepompong tertiup semilir
dan keluarga: kuntul-kuntul putih yang nangkring
di ranting-ranting bakau kering
kusaksikan ribuan kelelawar
kantuk bergelantungan, lantas lepas bertebar
merenangi senja yang kuning
serupa hambur kata-kata pucat
yang menyimpan mimpi terpotong dan sisa
insomnia (yang basah) di balik siluet
kulayarkan lipatan daun, putik ilalang
sayap lumpuh dan tualang perahu memasuki ambang
matahari yang bakal karam ke dekap seluas pejam
“di sanalah,” bisikmu. “renyai kunyahan rayap
terdengar seperti zikir malaikat.”
— napasmu bau kemarau
yang berpamit —
tapi tak kudengar apa-apa
selain jerit tersumbat, binatang
napas terjerat: entah oleh apa
oleh siapa
jogotrunan, 2019
BOTOL INFUS
bingkai jendela
melayang (dalam botol infus)
pada rangkanya tertambat
sepasang lengan ayunan
—satu di antaranya
: patah!
dan seekor gagak
putih, mengepak-ngepak
sayap yang serupa lagak
mengejar sebayang diri
hitam, yang lesat lesap
meninggalkan sepi
dengan warna
yang luntur
cakarnya mencengkeram
sebuah boneka
kutarenon, 2019
KELUH
: miyono
lidahmu tercekik
di bawah geraham
darah dan kata-kata
terkunyah
— tapi ngilu
belaka gumam
yang becek —
kau pun hanya napas
tersengal, pula sebidik
tatapan yang meronta
minta dilepaskan
— matamu penuh air
tapi di mata kami
lebih penuh lagi —
aku tahu kau
ingin mengeluh
dengan kata-kata
yang terbuat
dari cahaya
tapi memahamimu
umpama diam menguping
debar saklar, lampu-lampu
dan menyaksikan nyala
jendela yang padam
satu demi satu
kunir, 2019
DESIR
: tgh. akhmad zainuri
lalu kutabur rajang pandan, pula kuncup-kuncup
kantil—wangi ingatan, denyut yang memar, sepoi-sepoi pagi,
turut menggenggam salam: sungkawa dan cerita-cerita
yang ditinggalkan sang tokoh utama.
napas umpama ricik itu, pose-pose percakapan
yang senantiasa subuh itu, kata-kata yang hinggap
dan oranye itu—buku-buku penuh dengan nama,
cara-cara menyebut ia yang tak hadir
(namun ada):
“terima kasih. terima kasih.”
praya, 2019
- Puisi-Puisi Halim Bahriz; Pada Matamu - 2 April 2019
- Sebuah Cara Menceritakan Diri Sendiri - 29 July 2017
- Puisi-Puisi Halim Bahriz; Pidato Dedaunan - 25 April 2017
Anonymous
Miskin ilustrasi yoo hehehe
Anonymous
Setuju!
Huft
Lah, nuruti netijen ra jelas!