Cukup Tiga Sloki
Kami tempuh jalanan basah
40 kilometer dari Moskwa.
Lanskap tampak berat dan hitam
bawah langit Januari yang menekan.
Di bulevar lengang
tram dan trolleybus meluncur tenang.
Tapi mataku cemas
setelah biasan cahaya
—merah, kuning, biru;
plang-plang dalam aksara kaku
berganti deretan apartemen kelabu
taman-taman senyap
pepohonan yang gemetar
dalam timbunan salju.
Di Podolks, Victor bertanya
apakah aku ingin jus, coklat
atau vodka?
Aku mengacungkan sloki
dan menatap wajah Dmitry.
Victor tertawa hangat
dan senyum tergurat pada wajah Dmitry.
“Demi kawan kami yang berani,”
kata mereka.
“Demi orang-orang baik di negeri ini.”
Awan bergerak, letih dan murung.
Gerimis mulai turun
ditingkahi gerak lincah burung-burung.
Botol yang sudah dibuka
pantang ditutup kembali.
Dan cukup tiga sloki
aku tak lagi cemas, duduk
bersama sepasang laki-laki
yang saling mencintai.
Percakapan Ryabina
Apa yang bakal kau kenang
dari pertemuan terakhir kita?
Seorang pengemis memainkan akordeon
di metro Teatralnaya.
Lagunya, sayang, lagu musim dingin
yang nelangsa
adalah gema dari lorong-lorong pengap
sebuah bangsa.
Mengapa masih ada harga
pada langit murung dan hari-hari berat
kota Moskwa?
Karena iman yang tua, ketakjuban
pada Pushkin dan Akhmatova
juga secuil perasaan tak berdaya
tiap kali melihat lidah penguasa
senantiasa punya cara
mendenyarkan harapan kita.
Bagaimana takdir menautkan
kebaikan dan keburukan
kesedihan dan keriaan
manusia?
Seperti kereta bawah tanah
menjangkau rahasia demi rahasia.
Seperti salju turun semalaman
dan jalanan tetap bersih
disentuh babushka.
Di manakah hidup menyembunyikan
akar-akar keindahannya?
Di tiap yang bertahan
dari segala reruntuhan.
Kapan akhir sebuah puisi
kapan dimulai?
Manakala rerantingmu
memeluk batang pohon oak itu.
Siapa bergegas, mabuk dan menggerutu
saat kau mengusap-usap ujung sepatumu?
Penderitaan yang kembali gagal
melindas nasib dan kegilaanku.
2020.
Kemang Timur 63B
Aku mendengar kipas angin berpusing sepanjang malam
tapi dingin tak ada.
Aku melihat tembok demi tembok hendak bersuara
meski tak bermaksud memprotes apa-apa.
Lalu sepotong gitar, buku demi buku
laptop yang terus menyala, waktu
kabel hitam pikiranku
tertebar di atas meja lebar yang biru.
Sebatang pohon rambutan
menopang kerimbunan angan-angan.
Seekor kucing datang
merenggut kasih sayang orang malam.
Selebihnya adalah kata-kata
jantung berita:
perkara yang membuat segala yang di sini
terus hidup dan berjaga.
2018.
Manado
buat Ruly & Cindy Rompas
1/
Biru jatmika
menatap manusia
Manado Tua.
2/
Jembatan Kuning
teluk menjaring angin
dermaga hening.
3/
Pelukan letih
terbuka, memberkati
bulevar duka.
4/
Lidah Tondano
cakalang sadap sudah
dabu-dabu jo.
5/
Salib di punggung
kucium dan kucium
Cap Tikus murung.
2018.
- Puisi-Puisi Zulkifli Songyanan - 23 August 2022
- Puisi-Puisi Zulkifli Songyanan; Cukup Tiga Sloki - 25 February 2020
- Panggilan dari Praha - 11 December 2019
Anonymous
Biasa aja
Anonymous
Bening dan syahdu..😍
Matang Dream
Suka puisinya
Anonymous
Pamer Rusia doang. Sampah.
Admin
terima kasih 🙂
Irwan
Jenis puisi yg sederhana tapi tak bakal lekang oleh waktu!
Anonymous
Kurator yang hebat
Anonymous
B aja
Anonymous
Tasikmalaya assalamualaikum.. lanjut lagi. Tambah hebat pasti
bonk
puisi kemang timur 63b kurang kuat pemilihan diksinya
Matangdream
suka puisinya
Anonymous
Saya kesulitan pahami makna dari isi puisi