Dalam Tidur
24 jam dalam tidur
tenanglah, sedang kubersihkan
pikiranmu dari rupa-rupa dunia
aku berjalan selembut angin
sepelan mantera yang menyerupai doa
juga jantung yang sayup
24 jam dalam tidur
tenanglah, sedang kujulurkan
selimut dari ancaman hantu-hantu dunia
agar kau tak bermimpi
atau menggigil
seperti Musa di puncak Thursina
2019
Insomnia
adalah matahari
tak pernah sampai kepada pagi
adalah mimpi
tak pernah tiba kepada malam
selimut kabut atau angin dingin yang membangunkan kisah-kisah cinta?
adalah jarum jam
tak pernah mulai berputar
adalah pelupuk mata
tak pernah memejamkan mata
di depan pintu, menanti
hari paling haru datang menghantui
dengan ingatan yang berjaga-jaga
2019
Lagu untuk Vincent
sebuah lagu dimainkan dari luar pintu
mungkin untuk pagi yang mendesak
dalam kamar, kegelapan berjalan
seperti bayangan di balik bukit
suara napas tertahan
tak mencapai dinding
rak-rak diisolir
lantai kosong seperti cangkang
dan di sudut, mata biru vincent
tak lagi menenteramkan
sebuah lagu dimainkan dari luar pintu
mungkin untuk waktu yang berulang
tapi tak seorang pun mendengar, tapi tak seorang pun
2019
Senja dan Penyair
hanya karena senja, pipi langit bersemu kemerahan, meski di tepi dahan, burung-burung mengintai, mengira sebutir semangka telah dihidangkan surga, sebab betapa semua yang ada di ketinggian kerap memukau seperti puisi di mata penyair.
hanya karena senja, menara pencakar menjadi lebih rendah dari bayang-bayang dan seorang penyair tugur di luar waktu, seakan sebuah prosesi berjalan dalam sal panjang, seperti masa lalu yang tak pernah ditinggalkan.
hanya karena senja, mungkin, penyair itu terlena oleh sajak yang pernah dibacakan dengan suara kisut dan ia selalu saja menafsir tanda-tanda yang bimbang
misalkan saja; apa yang kerap tampak pada senja yang tak memihak itu?
2019
Usaha Membunuh Kata
telah kususun maut
dalam ruang setengah cahaya
menjadi bayang-bayang
di sepasang mata baca
kaki waktu yang lembut
berjalan ke tepi bahasa
menjemput nestapa
malaikat mengutus
seorang pendiam
untuk menyelinap dalam tubuhku
mengucapkan kalimat perpisahan dan selamat jalan
serupa jagal
tanganku berasal dari kesedihan
tak luput membiarkan kata-kata
mati di dalam puisi
2019
- Sajak-Sajak Irma Agryanti - 23 November 2021
- Sajak-Sajak Irma Agryanti - 24 November 2020
- Sajak-Sajak Irma Agryanti; Dalam Tidur - 24 September 2019
Yuni Bint Saniro
Yuni penikmat puisi, meski kesulitan memaknai.
Meski tak biasa memilah dan merangkai kata.
Yang jelas yuni penikmat puisi.
Literasi Kalbar
Puisi yang apik. Perlahan membacanya mencari makna dibalik kata-kata.
Anonymous
Kata kata yang disusun apik, lalu menjadi sebuah puisi yang ‘kokoh’
Walau saya terkadang tak mengerti maknanya, tapi entah mengapa saya menyukainya.
Anonymous
Ingin menikmati puisi, tapi tak paham maknanya.hanya yang berjiwa penyairlah yang dapat menangkap maknanya.mungkin.
Bintun Malihah
Saya kirimkan sepasang kalimat yang kira-kira begini ucapnya; Saya suka Mba Irma. Juga puisi-puisi manisnya.
Huhuhuu ⚘
Anonymous
aku membacanya, dengan penuh seksama….
M. Syahdan Keliat
Kak Irma, puisimu penuh dengan metafor. Selalu saja puisi Kak Irma menumbuhkan makna baru dalam pikiran saya. Aku sangat suka puisimu kak!
Terus menulis sajak ya kak.