Pada Rak Lama
Sepanjang hidup, bayang-bayang beku tak pernah
terusir dari rumah sendiri,
tugur seperti patung jerami.
Ada takut pada geraknya tapi juga
satu babak komedi,
di pematang hidup selalu ada jeda
saat anak-anak tertawa dan percik lumpur
membuat gelap malam luntur.
Bukankah hidup adalah pasangan
malam dan siang,
baur yang dipisah fajar sadik dan kita
kerap kali tertukar mimpi dan pagi?
Maka tiap kali kupikir tiba
waktu berkemas dan jelang terdengar
bising kereta, kutinggal sebagian buku
pada rak-rak lama, dalam kamarku
menjauh dari cahaya.
Balada Sajak
Kau pasti ingat, kamar kelima, paling pojok, tepat di samping
pohon rambutan. Di depannya keran karatan,
di temboknya tergantung miring
sepasang jas hujan.
Masuklah setelah kau ketuk pintu
dan tak kau dengar jawaban
lalu kau ingat kuncinya rusak sejak minggu lalu
dan ibu kos pura-pura tak tahu.
Ambil dua lembar kertas, di atas meja kecil,
ditindih bungkus rokok yang isinya tinggal dua batang,
buku yang kau pinjam simpan saja di atas rak, samping kanan,
ada nasi di rice cooker, makan saja kalau kau mau,
lauknya kerupuk di kaleng Hong Guan.
Lantas pergilah setelah kau sendawa, kirimkan dua lembar sajak itu
Pada Dewi Setyowati…
Oya, tolong kosongkan asbak, ceruknya sudah tak muat
menampung sebatang rokok yang kau habiskan
dalam lima belas menit,
pergilah ke tong sampah depan kamar dan akan kau temukan
kaleng kosong racun tikus lalu lekas kembali dan bangunkan
tubuhku yang membiru di pojokan.
Malam Selalu Tahu
Cinta adalah ingatan tentang tawamu yang lepas
saat kamera tergenggam dan wajahmu bebas
melepaskan segala beban: bukankah manusia mati hanya hidup
dalam kenangan saat bunyi dan imaji bergabung
menolak ketiadaan?
“Ya,” katamu, “dan cinta bukan kisah yang sabar
mencari ujung, ia hanya kisah yang tak pernah ingkar
akan tawa dan murung.”
Karena ujung hanya ilusi yang tampak
saat kita ikuti gerak gelombang menjauh
dari sebuah tanjung
saat angin marah dan diam-diam kuhirup wangi rambutmu
sambil kuingat warna lipstikmu
yang berubah
seperti siang yang hampir punah. Lalu kita berhenti
berbicara tentang cinta, sebelum kita pergi
dan malam selalu tahu
ke mana kita pergi
seperti malam-malam lalu
yang kita tahu.
Begawan
- Bakdi Soemanto
Ada yang anteng berkawan Kata di tengah Yogya,
bercengkerama Pariyem dan Bu Bei sambil menikmati
Tart Bulan Desember.
Bau pastura merayap dari kandil berukir
wajah garang Oedipus sebelum buta.
Kemudian terdengar teriakan Spinx
dari halaman, langkah kaki yang berbelok kiri,
di ujung sana ada cahaya dan warung angkringan
sebelah pojok: dinding, jalan buntu, kuldesak,
tapi suaramu memantul mengisahkan
tahun-tahun yang pernah hadir, candra silam
yang pernah ada.
Maka aku menari, seperti Rumi yang kau akrabi,
sajak-sajak penganjur bidah,
sebab tuhan kian akrab dan manusia kian ganas
memancing alam telengas
dan kupikir mungkin memang wajib ada sebuah wabah
dan Oedipus berproklamasi, lalu damai di bumi.
Sayang sudah terlalu malam,
dan kau pergi.
- Sajak-Sajak Cep Subhan KM - 2 August 2022
- Sajak-Sajak Cep Subhan KM; Pertemuan Sore - 27 July 2021
- Catatan Kecil Freud tentang Catatan Kecil Nietzsche tentang Perempuan, Cinta, dan Perkawinan - 18 February 2019